Profil Desa Pekaja
Ketahui informasi secara rinci Desa Pekaja mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Kunjungi Desa Pekaja, Kalibagor, Banyumas, tanah bersejarah tempat lahir Panglima Besar Jenderal Soedirman. Jelajahi Monumen dan Museum sebagai pusat utama wisata sejarah dan pendidikan karakter bangsa yang menyimpan api perjuangan Indonesia.
-
Lokasi Bersejarah Tempat Kelahiran Pahlawan Nasional
Desa Pekaja merupakan tanah kelahiran Panglima Besar Jenderal Soedirman, menjadikannya salah satu titik terpenting dalam peta sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
-
Pusat Wisata Edukasi Sejarah Nasional
Keberadaan Monumen Tempat Lahir (MTL) Jenderal Soedirman yang lengkap dengan museum dan diorama menjadikan desa ini destinasi utama untuk study tour dan ziarah kebangsaan.
-
Sinergi Ekonomi Agraris dan Pariwisata
Perekonomian desa ditopang oleh sektor pertanian yang kuat dan didukung oleh efek berganda dari pariwisata sejarah, yang menciptakan lapangan kerja di sektor jasa dan UMKM.

Di antara hamparan hijau persawahan Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas, terdapat sebuah desa yang namanya terukir abadi dalam tinta emas sejarah Republik Indonesia. Desa Pekaja, sebuah nama yang mungkin terdengar sederhana, namun menyimpan kehormatan besar sebagai tanah kelahiran Panglima Besar Jenderal Soedirman. Desa ini bukan sekadar satuan administratif, melainkan sebuah cagar memori, titik nol dari perjalanan hidup seorang pahlawan nasional yang menjadi simbol keteguhan, kesederhanaan dan pengorbanan tanpa batas bagi bangsa.
Keberadaan Desa Pekaja memiliki signifikansi yang melampaui batas-batas geografisnya. Ia merupakan destinasi ziarah kebangsaan, tempat di mana generasi penerus dapat menapaki jejak awal sang jenderal dan menyerap api semangat perjuangannya. Di desa inilah berdiri megah Monumen Tempat Lahir (MTL) Jenderal Soedirman, sebuah kompleks yang tidak hanya berfungsi sebagai penanda sejarah, tetapi juga sebagai pusat pendidikan karakter dan patriotisme. Profil ini akan mengupas secara mendalam dan terperinci peran vital Desa Pekaja sebagai penjaga warisan sang panglima, pusat wisata edukasi sejarah, serta dinamika kehidupan masyarakatnya yang tumbuh bersama berkah sejarah.
Monumen Tempat Lahir Jenderal Soedirman: Jantung dan Jiwa Desa Pekaja
Pusat kehidupan dan identitas utama Desa Pekaja berdetak di kompleks Monumen Tempat Lahir (MTL) Jenderal Soedirman. Ditetapkan sebagai Cagar Budaya Peringkat Nasional, kompleks ini merupakan sebuah situs bersejarah yang dikelola dengan sangat baik untuk tujuan edukasi dan penghormatan. Ini bukan sekadar monumen, melainkan sebuah diorama besar yang menceritakan babak awal kehidupan sang pahlawan.
Di dalam kompleks ini, komponen utamanya ialah replika rumah kelahiran Jenderal Soedirman. Bangunan sederhana berarsitektur tradisional Jawa (joglo) ini dibangun ulang secara presisi di lokasi asli rumah tempat Soedirman dilahirkan pada 24 Januari 1916. Memasuki rumah ini, pengunjung seolah ditarik kembali ke masa lalu, merasakan atmosfer kesederhanaan yang membentuk karakter baja sang jenderal. Selain itu, terdapat museum yang menampilkan diorama-diorama yang menggambarkan fragmen-fragmen penting dalam kehidupan dan perjuangan Jenderal Soedirman, mulai dari masa kecil, karir sebagai guru, hingga kepemimpinannya dalam perang gerilya. Sebuah perpustakaan dengan koleksi buku-buku sejarah dan biografi sang panglima juga tersedia, melayani para peneliti dan pelajar. "Di sinilah, di sebuah gubuk sederhana ini, seorang panglima besar dilahirkan. Mengunjungi tempat ini bukan sekadar wisata, tetapi sebuah ziarah kebangsaan untuk meneladani semangat juang dan kesederhanaannya," tutur seorang pemandu di lokasi.
Jejak Sejarah: Dari Desa Tenang Menjadi Saksi Bisu Perjuangan
Sebelum menjadi terkenal, Pekaja merupakan desa agraris yang tenang. Sejarahnya berubah selamanya dengan lahirnya seorang bayi bernama Soedirman dari pasangan Karsid Kartawiuraji dan Siyem. Meskipun kemudian beliau lebih banyak dibesarkan oleh pamannya, Raden Cokrosunaryo, seorang asisten wedana di Rembang, Purbalingga, akta kelahirannya tercatat di Desa Pekaja. Dari desa inilah takdir seorang anak desa membawanya menjadi guru Muhammadiyah, komandan PETA (Pembela Tanah Air), hingga akhirnya terpilih sebagai Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dalam usia yang masih sangat muda, 30 tahun.
Identitas Desa Pekaja menjadi tak terpisahkan dari narasi besar perjuangan kemerdekaan. Setiap jengkal tanahnya seolah menyimpan memori dan kebanggaan atas putera terbaiknya. Pemerintah, melalui Tentara Nasional Indonesia dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, memandang penting pelestarian situs ini. Pembangunan monumen yang diresmikan pada tahun 1977 merupakan wujud pengakuan negara atas peran krusial desa ini dalam sejarah bangsa.
Pusat Wisata Edukasi dan Ziarah Kebangsaan
Fungsi utama MTL Jenderal Soedirman dan Desa Pekaja pada umumnya telah bergeser menjadi pusat wisata edukasi sejarah yang vital. Setiap tahunnya, kompleks ini didatangi oleh puluhan ribu pengunjung. Mereka terdiri dari rombongan study tour pelajar dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari SD hingga mahasiswa, yang datang dari seluruh penjuru Indonesia. Bagi mereka, kunjungan ini merupakan pelajaran sejarah yang hidup dan nyata, jauh lebih berkesan daripada sekadar membaca buku teks.
Selain pelajar, situs ini menjadi lokasi penting bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk menyelenggarakan berbagai upacara militer dan kegiatan pembinaan tradisi kejuangan. Peringatan hari-hari besar seperti hari lahir Jenderal Soedirman atau Hari Juang Kartika selalu dirayakan dengan khidmat di tempat ini. Bagi masyarakat umum, datang ke Pekaja merupakan bentuk "ziarah kebangsaan", sebuah perjalanan spiritual untuk merenungkan nilai-nilai kepemimpinan, patriotisme, kerelaan berkorban, dan keteguhan iman yang diwariskan oleh Jenderal Soedirman.
Perekonomian Desa: Hidup dari Agraris dan Berkah Sejarah
Di balik nama besarnya, masyarakat Desa Pekaja tetap menjalani kehidupan sehari-hari yang bersahaja. Sektor pertanian masih menjadi salah satu penopang utama perekonomian. Hamparan sawah yang mengelilingi desa menghasilkan padi dan komoditas palawija lainnya yang menghidupi banyak keluarga.
Namun keberadaan monumen telah memberikan "berkah sejarah" yang signifikan bagi perekonomian lokal. Efek pengganda ekonomi dari pariwisata sangat terasa. Banyak warga membuka usaha di sekitar kompleks monumen. Warung-warung makan yang menyajikan kuliner lokal, toko-toko suvenir yang menjual kaus, gantungan kunci, dan miniatur bertema Jenderal Soedirman, serta jasa parkir, semuanya menjadi sumber pendapatan baru. Sinergi antara sektor pertanian yang stabil dan sektor jasa pariwisata yang terus tumbuh menciptakan sebuah model ekonomi desa yang tangguh.
Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Merawat Api Perjuangan
Pengelolaan situs sebesar MTL Jenderal Soedirman memerlukan kolaborasi dari berbagai pihak. Sementara pengelolaan inti kompleks berada di bawah tanggung jawab pemerintah kabupaten dan TNI, Pemerintah Desa Pekaja memegang peran penting dalam menjaga kondusivitas lingkungan sekitar. Ini mencakup penataan pedagang, pengelolaan kebersihan, dan memastikan keamanan serta kenyamanan bagi para pengunjung.
Masyarakat Desa Pekaja sendiri merupakan garda terdepan dalam merawat warisan ini. Mereka adalah tuan rumah yang ramah, yang dengan bangga menceritakan kisah pahlawan mereka kepada para pendatang. Rasa memiliki (sense of ownership) yang tinggi terhadap monumen membuat mereka secara sadar turut menjaga dan melestarikan situs kebanggaan mereka. Setiap tahun, dalam berbagai acara peringatan, masyarakat turut berpartisipasi aktif, menunjukkan bahwa semangat Jenderal Soedirman masih menyala terang di tanah kelahirannya.
Prospek Masa Depan: Menjaga Warisan untuk Generasi Mendatang
Tugas utama Desa Pekaja di masa depan ialah melanjutkan perannya sebagai kustodian memori bangsa. Tantangannya ialah bagaimana menyajikan narasi sejarah ini dengan cara-cara yang tetap relevan bagi generasi milenial dan generasi Z. Pengembangan konten digital, seperti tur virtual museum, aplikasi edukasi interaktif, dan pemanfaatan media sosial untuk promosi, menjadi langkah strategis yang perlu dipertimbangkan.
Lebih dari itu, integrasi yang lebih dalam antara pengalaman wisata di monumen dengan kehidupan masyarakat desa dapat dikembangkan. Paket wisata yang menawarkan pengalaman menginap di rumah warga (homestay), belajar tentang pertanian lokal, dan berinteraksi langsung dengan masyarakat bisa menjadi daya tarik tambahan. Dengan terus berinovasi sambil memegang teguh otentisitas sejarah, Desa Pekaja akan terus berdiri kokoh, tidak hanya sebagai monumen masa lalu, tetapi sebagai sumber inspirasi yang tak pernah kering bagi masa depan Indonesia.